Langsung ke konten utama

JAMRUD: Ganti nama dulu baru rekaman

    JAMRUD: Ganti nama dulu baru rekaman

    Setelah tiga kali ganti nama, mereka bukan cuma berhasil menembus dunia rekaman (dan sukses), tetapi juga bakal tampil satu panggung dengan Mr. Big!

    Mereka nih sebenarnya bukan grup baru. Resminya, sudah berdiri sejak tahun 1984. Dulu namanya Jam, Pemain drum Budhy Haryono, yang lebih dikenal lewat grup Krakatau dan Karimata itu, adalah salah seorang pendirinya.

    Setelah itu diubah menjadi Jam Rock, sebelum pada 1995 kemarin 'disempurnakan' menjadi Jamrud. Katanya, penggantian nama sekadar pengindonesiaan saja.

    “Selain itu, ini juga supaya di belakang hari nggak dapat masalah. Karena dulunya Jam Rock itu ditangani oleh orang lain. Jadi, daripada nanti ada buntutnya, lebih baik kami ganti nama,” jelas Aziz M.S., gitaris Jamrud. Maksudnya, untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan yang kelak bisa merepotkan mereka.

    Sebagai cikal bakal telah banyak mengecap asam garam dunia panggung. “Dulu tuh, pertama kali main, kita cuma dibayar 25 ribu. Dia (penyelenggaraan-Red) bilang, itu sekedar duit bensin,” ujar Ricky, basis yang kelihatannya kalem itu.

    “Kami kan dulu masih sekolah. Main nggak dibayar aja bangganya udah kayak apa,” tambah Aziz.

    Dari perjalanan panjang itu, penggantian personel pun kerap terjadi. “Kami sebetulnya emang sudah main sejak '84. Tapi dulu kami banyak vakumnya. Soalnya, kan masih sekolah, kuliah. Jadi ya, setahun jalan, dua tahun vakum. Makanya, sempat beberapa kali ganti pemain. Sekarang, pemain aslinya tinggal dua, saya dan Ricky, ” tukas Aziz, yang nampaknya berperan sebagai juru bicara sohib-sohibnya itu.

    “Kalau saya, Fitrah, Sandy, masuknya baru dua-tiga tahun lalu,” timpal Anto, alias Krisyanto, vokalis Jamrud.

    Aziz juga menambahkan, salah satu penyebab pergantian pemain itu adalah karena perubahan selera musik tiap personel. Benturan ini kemudian memaksa para personelnya mengambil jalan sendiri-sendiri.

    Sekarang, formasi lengkap Jamrud adalah Aziz M.S (gitar utama), Ricky Teddy (bas), Fitrah Alamsyah (gitar), Sandy Handoko (drum), dan Krisyanto (vokal).

    BERTEMU LOG


    Sejak dulu, Jamrud sebenarnya sudah kerap membuat demo kaset, dan menawarkannya kepada beberapa produser. Namun, kecuali kontribusinya dalam album kompilasi, 1991, hasilnya nihil. Mereka (produser-Red) umum nya menolak dengan alasan yang sama. Lagu-lagu mereka terlalu keras, dan sulit dijual untuk konsumsi lokal.

    “Warna musik kayak kami ini emang sulit menembus dapur rekaman,” tukas Ricky sedikit nyureng.

    “Dan baru Log (Zhelebour) ini saja yang mau menerima musik kita. Emang susah nemuin orang yang ngerti musik,” tambah Aziz.

    Kerja sama dengan promotor sekaligus produser dari Surabaya itu menghasilkan dua bentuk kontrak: rekaman dan tur, yang rencananya bakal di serahkan ke Jawa dan Sumatera.

    Untuk kontrak rekaman, mereka menggunakan sistem royalti, Jamrud akan menerima bagian keuntungan, setelah penjualan melewati break event point' (50 RB keping-Red).

    “Selain itu, kita juga dapat bayaran untuk master album ini kata,” kata Aziz.

    Dan angka tersebut tentu saja kini jauh terlampaui. Menurut Log Zhelebour, angka penjualan album Jamrud yang berjudul Nekad itu sekarang sudah mencapai angka 100.000-an kopi. Kamu juga mungkin sudah sering menyaksikan video klip tersebut diperlihatkan segerombolan mafia berkumpul. Mereka merencanakan penculikan. Senjata api disiapkan. Dari pistol genggam sampai revolver sekelas Uzi dilibatkan. Lalu, kelar rapat, mereka pun bergegas. Rencana dijalankan. Pertumpahan darah nempaknya bakal terjadi. Namun, itu hanya berlangsung pada menit pertama. Menit berikutnya, adegan yang muncul malah lelucon semata.

    Itulah guyonan ala Jamrud. Bareng BDI (Broadcast Design Indonesia), mereka memvisualkan Nekad yang menjadi tembang andalan Jamrud.

    “Sebelumnya klip dibuat, kami ngumpul dulu semua. Terus waktu diceritain skenarionya, kami sempat kuatir juga. Terus tanya ke mas Glen (sutradara klip- Red), 'Apa nanti nggak bakal dicekal nih?' Soalnya kan kayak mafia-mafiaan gitu. Takutnya nanti dikirain keras, atau gimana gitu. Tapi ya udah, yang penting kan cuma lelucon. Jadi, sebenarnya nggak masalah,” ungkap Aziz tentang klip yang menghabiskan dana 15 juta rupiah itu.

    MASA BODO


    Jamrud, grup asal Cimahi-Bandung ini memang sedang naik daun. Mereka muncul dengan warna musik yang cukup fresh buat kuping pecinta musik, khususnya di tanah air. Mereka menggabungkan rap dan thrash ke dalam satu kemasan. Ini termasuk langkah berani. Pasalnya, di mata produser, musik seperti itu cukup riskan sebagai barang dagangan.

    Namun terbukti berkata lain. Musik mereka ternyata cukup mengena dan bisa diterima banyak kalangan. Ini bisa dilihat dari animo publik yang antusias dengan kemunculan mereka. Dan konon, dalam satu bulan saja, album mereka telah terjual di atas 30 ribu. Satu angka yang fantastis buat pendatang baru di jalur musik keras.

    Meski menamakan diri sebagai grup rap thrash, Jamrud nggak melulu menyuguhkan lagu-lagu keras, Tengok deh tembang Masa Bodo itu, contohnya. Di lagu itu mereka tidak terlalu ngotot dengan distorsi gitar atau entakan drum yang keras. Cukup dengan sentuhan gitar akustik yang sederhana dan mudah dicerna banyak kalangan. Hanya saja, ada kemiripan intro lagu tersebut dengan tembang keren milik Hootie & the Blowfish, Wanna be With You.

    “Kami bikin lagu itu awal '95. Tapi baru tau lagu Hootie itu, pas di MTV, sekitar September '95. Jadi jujurnya, kami tuh sama sekali nggak tau lagu itu sebelumnya. Kalau pun ada kemiripan, ya mungkin kebetulan aja,” ujar Aziz yang nampaknya cukup terganggu dengan kecurigaan itu.

    Di samping masalah di atas, pertanyaan tentang tentang keragaman musik Jamrud, juga sempat menguak ke permukaan pada saat jumpa pers. Pasalnya, sebagian materi lagu album yang dirilis pada 17 Desember 1995 lalu ini, terasa ringan. Ini tak mencerminkan grup rap thrash yang umumnya selalu menyuguhkan lagu-lagu keras. Beberapa di antaranya malah bisa dikategorikan sebagai lagu pop atau rock yang biasa-biasa saja.

    “Sebenarnya kami juga nggak berani pakai nama grup rap thrash, karena album ini memang nggak total rap thrash. Tapi banyak orang bilang kalau udah main di panggung, musik kami itu musik rap thrash, hardcore, atau semacamnya. Jadi ya udah, karena anggapan orang sekeliling kita begitu, ya kami pakai aja nama itu,” tukas Aziz.

    Aziz juga juga menambahkan, rata-rata pendengar tidak menyimak semua lagu yang terdapat dalam satu album. Mereka hanya kenal satu dua lagu awal. Nah, karena dua lagu awal mereka berbau rap thrash, maka itu cukup mewakili karakter mereka sebagai grup rap thrash.

    Selain Nekad dan Masa Bodo, Ayam tampaknya juga perlu disimak. Tembang satu itu juga asyik untuk bikin kamu goyang. Irama dan entakan drumnya bulat. Begitu juga dengan sound dan distorsi gitarnya, menyengat dan keras. Menurut rencana, lagu ini bakal dijadikan sebagai video klip kedua mereka.

    “Iya nih, kita lagi ngilik produser. Moga-moga aja Ayam bisa jadi klip kedua, ” ujar Ricky.

    Buat kalangan yang doyan musik keras, karya anak-anak Cimahi ini emang perlu disimak. Selain musiknya asyik, lirik lagu juga cukup komunikatif.

    Lagu inilah antara lain yang bakal kamu nikmati kalo sempat menyaksikan konser Mr. Big di Jakarta, tanggal 13 Mei nanti. Lho, apa hubungannya? Karena pada saat itu, Jamrud direncanakan bakal menjadi grup pembuka Mr. Big.

    Pertemuan grup rap thrash dengan hard rock ini nampak nya bakal menciptakan tontonan seru. Cuma, sabar aja dulu. Abis, masih lama! Personel Jamrud sendiri kelihatannya tenang-tenang saja menghadapi konser tersebut.

    ...Aku bukan jagoan, juga bukan Don Juan, hanya sekadar ingin menikmati masa muda tanpa ecstasy...(Haris/dmr).

    Sumber: Majalah HAI
    HAI 10/XX/12 MARET 1996
    Halaman : 4, 5, 6, 7.
    https://www.facebook.com/groups/517138421649291/permalink/6893776340652102/?app=fbl